Assalamu’alaikum Wr.Wb…!!!!

Sebelumnya,…… maafkan aku Bu, ku tulis kisah ini semata-mata hanya inginkan perubahan terjadi pada kehidupan kita, semoga ini menjadi sebuah renungan dan cermin khusus untuk diriku sendiri karena sekarang aku sedang berada di sebuah jalan untuk mencapai itu…

I love you Mom….

Aku dilahirkan dalam keluarga yang bahagia dan sederhana, anak ke 5 dari 6 bersaudara, tapi kakak perempuanku (anak ke 3) meniggal dari bayi karena sakit parah (“kata Ibu”karena aku belum lahir), jadi sekarang posisi urutanku adalah anak no.4 dari 5 bersaudara…. Saat masih ada Ayah kehidupan kami Alhamdulillah dapat dikatakan “cukup” karena walaupun hanya mengandalkan Ayah tapi kehidupan kami aman-aman saja…hingga Ibupun tak perlu ikut mencari nafkah….keadaan itu berlangsung waktu aku dan saudara-saudaraku masih kecil.

Ayahku (M. Sabeni Alm.) adalah seorang bapak yang disegani oleh anak-anaknya, wataknya cukup keras tapi sebenarnya beliau baik dan tak ada anak yang dimanja/dianakemaskan sehingga jujur aku sendiri takut dan kurang akrab dengan beliau…(maafkan aku Ayah, aku sayang Ayah). Seingatku beliau tampan, hitam manis, tinggi,tegas dan pemberani. Kenangan waktu beliau masih ada, yang ku ingat salah satunya yaitu dulu (belum sekolah) waktu aku sedang bermain di sawah bersama teman dan saudaraku, waktu itu beliau mau ke pasar, aku diajak.

Huuh..mungkin untuk pertama dan terakhir kalinya. Saat itu aku pake baju warna biru ada roknya (seperti baju renang) tanpa alas kaki (ga’ pake sandal) dan bau matahari, setelah sampai di pasar Ayah pergi berbelanja entah kemana saat itu pasar ramai sekali. Aku dititipin pada penjual ikan mas, waktu itu aku takut ku kira Ayah memberikan aku pada orang lain, mau nangis takut dimarahi. Tapi tak lama kemudian Ayahku kembali dengan membawakan sebuah sandal slop warna orange bergambar dinosaurus yang bisa bunyi kalau diinjak.heee….

strus waktu aku pulang ngaji diajak main dulu sama tetehku (kakak perempuan), karena badanku paling kecil dengan dia dan teman-temannya, tubuhku terdorong-dorong sampai aku terjatuh dan akhinya aku nangis hebat(memang kalau aku sudah nangis pasti lama banget sapai tersendak-sendak ga bias ngomong,,heee). Biasanya kakak-kakakku kalau nangis pulang main pas sampai depan rumah harus berhenti menangis karena takut dimarahi Ayah dan bisanya dilarang masuk rumah sebelum nangisnya berhenti. Tapi malam itu aku tetap nangis karena kesakitan. Mungkin karena sakit jadi aku ditolerir, tapi tetap saja kena sembur waktu aku diobati..Ayahku pinter ngurut lhoo (seorang tabib).

Selain itu, suatu hari saat aku menunggu temanku yang sedang mandi di sungai dengan Mamanya, aku ikut main air tapi hanya tanganku saja yang saat itu aku sedang memegang uang 100 rupiah logam kuning yang ada karaban sapinya tea… tiba-tiba uangku jatuh ke sungai itu, aku sedih banget dan langsung pulang. Setelah nyampe rumah, aku tahan tangisanku, niatnya mau minta ganti ke Ibu,tapi waktu itu beliau sedang tidak ada di rumah. Tiba-tiba Ayah udah ada dibelakangku, aku kaget dan langsung mengelap air mata dipipi karena takut dimarahi, beliau bertanya “kenapa kamu nangis?..”, aku jawab saja kalau uangku jatuh disungai, beliau senyum dan bilang “ ini, yaudah jangan nangis lagi” Ayah memberiku uang kertas 100 rupiah…ahahhhaaa…..aku senang sekali..uangku yang hilang diganti sama Ayah…..mhm..Ayahku memang baik. Mungkin masih banyak pengalamanku dengannya…tapi agak lupa..